Jumat, 30 Maret 2012

Petunjuk Mengenai AtlantisPada Tradisi-tradisi Dunia(Bag. 1)

Konon, ada anggapan bahwa bangsa
Yunani menyalin legenda tentang Atlas dan
Atlantis dari bangsa India kuno tentang Atalas
(Shiva) dan tentang Atala, Paradis yang tenggelam
dalam tradisi Hindu. Sebagaimana dalam tradisi-
tradisi Yunani, Atalas – yang namanya dalam
bahasa Sansekerta dan berarti “Pilar” – dianggap
menjadi “ Pilar Dunia”, sebagaimana Atlas dalam
Yunani. Atala adalah, seperti Atlantis, sebuah
benua yang tenggelam yang akibat sebuah
bencana alam yang menakutkan, yang bertempat
di Samudera Luar. Karena legenda Yunani itu
berasal dari Hindu, dan dibawah ke wilayah
mereka secara sederhana ketika Bangsa Yunani
berpindah ke tempat di mana saat ini mereka
berada, malas untuk menyelidiki Atlantis di
samudera yang sekarang dikenal sebagai Atlantik.
Namun demikian, kita harus mencari Atlantis di
samudera yang orang Hindu menyebutnya
“Samuderanya Bangsa Atlantis” atau
“Samudera Barat”, dan yang tidak lain adalah
Samudera India.

Bangsa India memiliki banyak tradisi
tentang sebuah benua yang tenggelam yang
merupakan wilayah surga di mana manusia dan
kebudayaan pertama kali berasal. Misalnya
Tripura (Kota Triple). Ketika kita mengingat
kenyataan bahwa Atlantis adalah, seperti Tripura,
sebuah Kota Triple dengan dinding-dinding logam
dan istana-istana emas, kita tidak dapat
berkesimpulan bahwa dua tradisi itu, jika benar-
benar berasal atas kenyataan yang sebenarnya,
merujuk pada hal yang sama dan satu. Terlebih
lagi, sebagaimana terjadi dengan Atlantis,
penduduk Tripura asalnya sangat taat. Tapi,
dengan perjalanan waktu, mereka juga menjadi
jahat dan suka membangkang, dan mereka
dihancurkan oleh Shiva. Karena kekuatannya ini,
Shiva memperoleh julukan Tripurantaka
(“Penghancur Tripura”). Sebagaimana dengan
Lanka (lihat di bawah) dan Atlantis, Tripura
dibangun di atas sebuah gunung yang sangat
tinggi, bahkan dapat dikatakan bertempat tinggal
di langit.
Legenda Hindu yang lain tentang sebuah
kerajaan yang tenggelam yang merupakan pola
dasar dari Atlantis adalah Lanka, dan diceritakan
dengan lengkap di Ramayana. Cerita hancurnya
Lanka oleh Rama dan Hanuman merupakan yang
dirujuk oleh Homer dalam Illiad. Sebagaimana
Ramayana menceritakan tentang Lanka dan
penyelamatan Shinta, isteri Rama yang diculik oleh
Rahwana, Illiad menghitung perusakan Troy dan
penyelamatan Helen yang diculik oleh Paris. Troy,
dengan dinding perunggunya, dan istana-istana
emas merupakan salah satu dari banyak kiasan
tentang Atlantis. Berkebalikan dengan desa kecil
yang ditemukan oleh Schielman di Turki, Troy
yang sebenarnya berlokasi di Samudera Luar. Ia
merupakan sebuah kota yang indah dan
tenggelam ke laut setelah kehancurannya dan
terlibat dalam perang besar dengan Yunani pada
jaman purba. Kesejajaran antara Troy dengan
Atlantis terlalu banyak untuk diabaikan.dan antara
Atlantis-nya Plato dengan Lanka dalam Hindu,
dengan tegas menunjukkan bahwa ia berada di
Timur Jauh dan di dasar laut, bukan di wilayah
Mediterania, di mana kita harus mencari Troy yang
sebenarnya dan Atlantis yang sebenarnya.
Mahabharata, cerita klasik Hindu besar lainya
yang melengkapi Ramayana, menceritakan
kekuatan raja Khrisna dan perusakannya dalam
perang antara Lunar dan Solar (Kurawa dan
Pandawa). Perang besar ini, seperti Lanka atau
Troy, pola dasar yang sebenarnya yang diambil
oleh Plato dalam sejarah tentang Atlantis.
Hastinapura, kota kerajaan Pandawa, merupakan
“Kota Berpilar” (Hastinapura) atau “Kota Para
Naga”. Dua julukan ini berhubungan dengan
bangsa Atlantis dan dengan Pilar Surganya di
Timur Jauh. Mahabharata juga menceritakan
Dvaraka, kota Khrisna yang berlokasi di sebuah
pulau di tengah laut. Kota Khrisna, Dvaraka,
tenggelam ke dasar laut ketika Pahlawan itu mati
dalam perang besar itu, kurang lebih dengan cara
seperti Atlantis, menurut Plato.
Tradisi-tradisi bangsa Dravida
membicarakan tentang sebuah benua yang
sangat luas yang tenggelam ke arah India
Tenggara yang disebut Rutas. Bangsa Dravida
menyatakan telah berpindah ke India dari benua
itu ketika ia tenggelam ke dasar laut, dalam
sebuah bencana alam besar. Nama Rutas
tampaknya berhubungan dengan simbol
Sansekerta rudh (Si Merah), dan bahasa Dravida
tuta (Menjadi Merah, Terbakar). Istilahistilah ini
menyatakan “Pulau Api” dan mungkin sebuah
kiasan untuk “Pulau Si Merah” yang merupakan
salah satu dari banyak nama mistis Atlantis dalam
tradisi-tradisi kuno. Sungguh, bangsa Dravida
menyatakan memiliki Khsatryias (Prajurit), sebuah
kasta India yang warnanya merah.

Bangsa Phoenicia yang namanya juga berarti
“merah” dalam bahasa Yunani menyatakan,
seperti bangsa Dravida, berasal dari sebuah
“Pulau Api” berlokasi di Samudera India (atau E r
y t h r a e a n ) diseberang laut. Itu berarti bahwa
Hindi itu berlokasi di “Samudera si
Merah”(Srythraean) ini. Karena itu, tanah asal
bangsa P h o e n i c i a tampaknya sama dengan
Rutas (atau “Pulau Api”) bangsa Dravida. Bangsa
Mesir juga menyebut diri mereka “Si Merah” (Rot
atau Khem, dalam bahasa mereka). Dan mereka
juga m e n y a t a k a n bahwa berasal dari “Pulau
Api” ini di India (atau Erythraean) di seberang
laut. Apakan seluruh tradisi-tradisi dari bangsa-
bangsa luhur ini dusta? Atau apakah kita yang
keliru menafsirkan dongeng-dongeng mereka?

Celt, sebagaimana banyak bangsa,
menyatakan telah berasal dari sebuah daerah di
seberang laut yang tenggelam ke dalam laut dalam
sebuah bencana alam hebat. Paradis ini mereka
sebut dengan banyak nama seperti “Pulau
Kaca” (ynis wydr), “Pulau para Wanita”,”Avalon”,
Emhain, Ys, dan sebagainya. Legenda tentang
tenggelamnya Ys, khususnya, berhubungan
dengan tenggelamnya Atlantis dalam bencana
vulkanis sebagaimana yang dilaporkan oleh Plato.
Celt juga menyebut tanah mereka yang tenggelam
dengan nama Cantref Gwaelod yang berarti
“Negeri Bawah” menurut Jean Merkale, ahli
bangsa Celt yang unggul. Sekarang, ini tepatnya
merupakan arti dari nama Atala, Paradis Hindu
yang tenggelam sebagaimana yang kami
komentari di atas. Atala merupakan pola dasar
dari Atlantis versi Plato, yang namanya (a-tla) juga
mewujudkan signifikasi yang sama dalam bahasa
Yunani.
Dalam Mabinogion, buku bangsa Celt,
dinyatakan bahwa Celt berasal dari “pulau
Defrobany, Negeri Panas dan Tanah bangsa
Cimmeria”. Sekarang Defrobany hanya dapat
menjadi pulau Taprobane, sebagaimana banyak
Ahli menyimpulkan. Taprobane yang penulis-
penulis kuno menyamakan dengan tempat
Paradis Bumi dan jatuhnya Adam tidak lain adalah
pulau Sumatera yang sungguh-sungguh
merupakan tempat Atlantis.
Bangsa Cimmeria, yang dianggap sebagai
nenek moyang Celt, merupakan “rakyat yang
sewenang-wenang” yang Homer menyamakan
dengan wilayah muram Neraka. Mereka
menggambarkan dalam sejumlah tradisi kuno dan
“somber haze” yang menutupi wilayah mereka
sungguh-sungguh merupakan sebuah rujukan
pada awan vulkanis yang menutupi Atlantis
selama waktu yang lama setelah kehancurannya.
Cimmeria adalah sama dengan Tartarus yang
gelap atau Erebus (Erebodes=”Kegelapan”)
menurut Hesiod dan Homer, yang
menyamakannya dengan Kegelapan Kematian.
Dalam Homer, Scheria dari bangsa Phaeacia,
sejenis Paradis, ditempatkan tepat di bawah kabut
gelap gunung Erebus dan sangat berhubungan
dengan analog ciri-ciri Atlantis.
Bangsa Mesir mengatakan tentang
Hanebut atau Haunebut yang misterius, sebuah
masyarakat yang hidup di atas Samudera India, di
wilayah Amenti (atau Punt). Nama Hanebut berarti
“Rakyat si kejam” atau “Rakyat Pilar atau
Atlas” (Hau-nabha dalam bahasa Sansekerta dan
Dravida, akhiran t menandakan kelamin betina
dalam bahasa Mesir). Rakyat yang masih menjadi
teka-teki ini dikatakan hidup di bawah sebuah
haze gelap dimana cahaya matahari tidak pernah
sampai, sebagaimana di Cimeria. Sebagaimana
untuk Amenti atau Punt, bangsa Mesir mengakui
bahwa wilayah Hanebut adalah nyata dan benar-
benar dapat dikunjungi, sebagaimana mereka
telah melakukannya. Sebagaimana yang kami
tunjukkan di bagian lain, Hanebut yang sulit untuk
dipahami ini sungguh-sungguh sama dengan
masyarakat Punt yang, sebagaimana bangsa
Gerzea, menyerbu Mesir Atas pada jaman Pra-
Dinasti, dan yang kemudian diusir setelah Mesir
disatukan oleh raja Menes. Bukan mustahil,
perang besar prasejarah ini adalah sama dengan
yang disebutkan oleh Plato sebagai “Perang
Atlantis”, ketika bangsa Mesir dan bangsa Yunani
bersatu untuk mengusir penjajah dari Atlantis.
Banyak bangsa-bangsa kuno
membicarakan tentang wilayah yang sama di
seberang laut yang tertutup oleh sebuah haze
gelap yang merupakan asap vulkanis. Sehingga,
Polynesia membicarakan Hawaiki, sebuah pulau
yang luas atau benua, di atas samudera itu.
Hawaiki dikatakan merupakan tanah asal mereka
yang hancur, di Indonesia, dan dianggap
merupakan sebuah Paradis yang sebenarnya
sebelum kehancurannya akibat sebuah bencana
alam vulkanis yang hebat. Bencana alam ini
menenggelamkan tanah ini. Kehancuran Hawaiki
terjadi selama perang besar itu, sama halnya
dengan kasus Atlantis.
Sisa-sisa Hawaiki, Paradis orang Polynesia,
menjadi sama dengan sebuah neraka,
sebagaimana dalam Legenda Yunani atau lainnya.
Menarik untuk dicatat bagaimana, dalam tradisi-
tradisi barat, Paradis dan sisa-sisanya berlokasi ke
arah Asia Timur, di Timur Jauh dan di Oceania,
kebalikannya adalah benar, dan ini berlokasi di
Barat. Dengan kata lain, tradisi-tradisi umum
sepakat bahwa Paradis itu berlokasi tidak lain di
Indonesia, “Pusat Dunia” yang sebenarnya.
Indian Amerika –yang bertempat dalam sebuah
posisi intermediate dibingungkan dengan isu itu.
Bagian pantai dari Pasifik menunjuk ke Barat, di
mana Atlantik menunjuk pada sebuah daerah di
atas Samudera Atlantik dan mungkin selanjutnya
menyebrangi Samudera India juga, di Indonesia.
Bangsa Romawi, atau pendahulunya,
bangsa Etrusca memiliki tradisi sehubungan
dengan asal mereka dari seberang laut yang
tenggelam ke dasar laut dalam sebuah bencana
alam sesaat setelah atau selama sebuah perang
besar. Mereka dibawa oleh Aeneas, dan datang
dalam Armada kapal-kapal besar dari sebuah
wilayah di luar Pilar Hercules. Catatan perjalanan
Aeneas tidak jelas, sebagaimana seringkali kasus
pahlawan-pahlawan dari Atlantis. Aeneas
dikatakan berasal dari Troy yang tenggelam,
memimpin bangsa Romawi menuju daerah yang
menjanjikan. Kemungkinan lain ia berasal dari
gunung Ida, yang merupakan Paradis bangsa
Yunani dan Bangsa Roma, dan yang tampaknya
sama dengan Eden dalam tradisi-tradisi Judeo-
Christian.
Satu yang harus diyakini bahwa Troy yang
sebenarnya bukanlah di Turki sebagaimana para
ahli arkeologi menganggapnya, tetapi di atas
samudera India, sebagaimana jelas dari teks
Homer, Virgil, dan lain-lain. Untuk memulai
dengan Troy ada “di atas samudera”, yang bukan
merupakan kasus Hissarlik. Yang kedua, ia
merupakan sebuah kota besar, dan bukan desa
kecil yang buruk yang ditemukan oleh Schielman
di Turki. Ketiga, Troy versi Homer seperti Aeneas,
tapi berlawanan dengan Hissarlik ada di atas
pesisir itu, dan benar-benar merupakan sebuah
pelabuhan laut yang diserang dari laut oleh
bangsa Yunani. Troy yang sebenarnya tenggelam
ke dasar laut, dan tidak ditemukan pada tanah
yang kering.
Yang sama adalah “Silicy” yang benar dari
dimana Aeneas meninggalkan sebuah masa
kedua. Ini benar-benar Thrinicia dari Samudera
Luar yang dikunjungi oleh Odysseus dan
pahlawan-pahlawan kuno lainnya. Namanya
berarti “Trisula”, sebuah kiasan untuk Gunung
Triple Lanka (Gunung Trikuta) dan benar-benar
bukan Silicy yang berbentuk segitiga. Hal yang
bodoh bagi Virgil jika menyatakan bahwa Aeneas
berangkat dari Silicy dan menyeberangi Samudera
untuk mencapai Romawi, yang hanya beberapa
kilometer jauhnya.

Cerita tentang Thrinicia ini ditransfer oleh
bangsa Yunani dan Romawi pada Silicy, dengan
hasil sebagaimana yang telah disebutkan. Itu
adalah tempat terjadinya perang yang terkenal
antara Zeus dan Typhon . perkelahian yang sama
diceritakan dalam Veda, sebagai pertempuran
hebat Indra dengan Vritra, yang bangsa Yunani
mengadaptasinya ke dalam Zeus dan Typhon.
Selain itu, dongeng Hindu diubah ke dalam
pertempuran antara Hercules dengan raksasa
Caccus, dan ke dalam perang antara para Dewa
melawan para raksasa. Sebagimana di India,
pertempuranpertempuran ini merupa-kan sebuah
kiasan atas perang Atlantis.
Lebih tepatnya, pertempuran-pertempuran
yang disebutkan di atas, melambangkan Atlantis,
dan peperangan antar-elemen dalam kemarahan.
Atlantis dirusak oleh Api (Vulkanis) dan Air
(Oceanis) dan kejadian itu secara umum adalah
memperingati Cosmogonic Hierogamy dari Air dan
Api. Di India, Vritra mewakili element Api,
sedangkan Indra mewakili elemen Air. Di Yunani,
Poseidon (atau Typhon) mewakili elemen air,
sedangkan Zeus dan petirnya mewakili Api.
Pertempuran ini membawa pada kehancuran
dunia dan mulainya sebuah era baru. Karena itu,
kejadian ini secara umum adalah memperingati
awal tahun baru, sebuah kejadian yang ekivalen
dengan era baru.

neody2.blogspot.com/2011/07/petunjuk-mengenai-atlantis-pada-tradisi.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...