Tampilkan postingan dengan label Atlantis Nusantara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Atlantis Nusantara. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 November 2012

Hancurnya Atlantis oleh Shiva




Sebenarnya, dan sesungguh – sungguhnya, Purana Hindu adalah sejarah dan bukan sekedar mitos dan legenda hampa seperti yang banyak disangkakan orang – orang pada umumnya. Sejarah peristiwanya yang teramat lampau membuat ceritanya membias dan mengalami “pelegendaan” perlahan – lahan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba berkaca kembali dari satu kisah hebat ini, yang dikutip dari “Shiva Purana.”
Atlantis di dalam Shiva Purana disebut dengan nama Atala. Tersebutlah sesosok iblis bernama Tara memiliki putra bernama Taraka. Taraka pergi ke hutan Madhuvana untuk melakukan tapa yang berat. Akibat hebatnya tapa yang dilakukan oleh Taraka, Brahma tidak bias mengabaikan kekuatan tapa yang ditimbulkan oleh Taraka ini. Brahma lalu menanyakan apa yang menjadi keinginan Taraka hingga melakukan tapa yang demikian berat. “Kabulkanlah dua permintaanku ini, wahai Brahma. Pertama, tak satupun makhluk ciptaanmu yang mampu menyaingi kekuatanku. Yang kedua, biarlah hanya putra Shiva yang mampu membunuhku.” Tarakasura mengatakan permintaan kedua dengan rasa percaya diri karena pada saat itu diceritakan bahwa Shiva belum memiliki satupun putra.
Singkat cerita, Brahma memenuhi permintaan Tarakasura. Selepas kejadian itu, Tarakasura mulai menunjukkan karakter aslinya sebagai iblis yang kejam, dan memperlakukan sekalian makhluk dengan kasar dan mengikuti segala kemauan hatinya sesukanya. Moralnya sangat rendah dan barbar.

Tarakasura lalu memiliki tiga putra, masing – masing bernama Vidyunmali, Tarakaksha dan Viryavana (Tripura-asuras). Mereka, seperti juga ayahnya, melakukan tapasya yang keras ditujukan kepada Brahma. Tapa mereka berhasil membuat Brahma kembali menunjukkan diri dan menanyakan apa yang menjadi permintaan ketiga asura ini.
“Buatlah kami hidup abadi!”, demikian permintaan mereka.
Tentu saja permintaan yang pelik ini ditolak oleh Brahma, karena sudah menjadi kodrat dan hokum alam material bahwa semua harus mengalami proses lahir, hidup dan mati.
“Mintalah permintaan yang lain.”
“Baiklah. Anugerahilah kami tiga istana yang bias melayang di angkasa. Jadikan yang pertama terbuat dari emas, yang kedua dari perak, dan yang ketiga dari besi. Kami akan tinggal di dalam istana itu. Hanya dia yang bias menghancurkan ketiga istana melayang itu (Tripura) dengan satu saja anak panah yang bias membunuh kami. (Kembali, para asura menunjukkan kebodohan dan kearoganan mereka dengan menganggap tidak mungkin ada yang bias membunuh mereka dengan satu luncuran anak panah saja.)
Para dewa segera menjadi sangat terganggu dengan adanya Tripura ini, karena ketiga asura ini membabi – buta ke seluruh penjuru alam dan berbuat yang semena – mena sehingga mengganggu keseimbangan kosmos. Para maharsi merasa terganggu dan menyampaikan keluhan mereka ke hadapan Vishnu. Vishnu lalu mengatakan bahwa secara resmi, para asura ini tidak melakukan kesalahan apapun, karena mereka masih tetap memuja shivalingga, sehingga tetap terhindar dari api dosa. Kunci utamanya, seperti disarankan oleh Vishnu, adalah membuat para asura ini berhenti memuja Shiva. Karena selama mereka mengucapkan nama Shiva, bahkan Shiva sendiri pun tak mampu menang melawan mereka.

Dengan kekuatan kedewataan – Nya, Vishnu memanggil seorang manusia. Kepalanya sebersih surge, pakaiannya kumal dan dia membawa tempat air yang terbuat dari kayu. Mulutnya ditutupi oleh selembar kain. “Apa yang menjadi tugas hamba?,” tanyanya kepada Vishnu.

Vishnu menjawab,” Aku akan mengajarimu ajaran yang sepenuhnya bertentangan dengan ajaran Veda. Kau kemudian akan mendapatkan kesan bahwa tidak ada Surga dan Neraka dan bahwa keduanya berada di dunia. Kau tidak akan percaya bahwa tidak ada pahala kebaikan maupun hukuman setelah kau meninggal. Pergilah ke Tripura dan ajarkan ketiga iblis Tripura itu dengan ajaran ini, sehingga mereka melenceng dari jalan yang benar. Hanya dengan cara itu kita bias menghancurkan Tripura.”


Utusan Vishnu ini pun mulai menyebarkan ajaran ini ke Tripura. Banyak kaum asura ini diyakinkan dan disesatkan. Bahkan dikatakan, Narada Muni pun dibuat bingung oleh ajaran ini dan sesaat mengikuti ajaran sesat ini. Narada yang suka membuat desas – desus ini lalu membawa kabar ini kepada Raja Vidyunmati.

Melihat Narada sudah “berpindah aliran dan kepercayaan,” sangat mudah bagi sang raja terbujuk pula oleh ajaran palsu ini. Iblis ini berhenti mempercayai isi Veda dan memerintahkan kepada rakyatnya untuk menghancurkan shivalingga, di manapun mereka menemukannya. (Semoga Anda, pembaca, sampai di titik ini bias mengidentifikasi kaum mana yang suka menghancurkan Shivalingga dengan mengatakan bahwa itu adalah pemujaan primitive dan / atau berhala-isme.)
Tentu saja, lambat – laun Shiva yang mengetahui hal ini menjadi murka.  


Believe it or not, dengan shakti – Nya yang tak mungkin tertandingi Shiva mampu menghancurkan ketiga istana itu dalam satu bidikan saja. Lalu, dari abu puing – puing Atala itu, Shiva mengambil segenggam dan membentuk tiga garis di dahi – Nya dan menarikan Tandava, dan Rudrakhsa keluar dari mata ketiga – Nya. Ini membuat bulu kuduk yang melihat – Nya merinding, hingga beliau tenang kemebali.

Demikianlah kilasan kisah Penghancuran Atlantis oleh Shiva, yang menurut Profesor Arysio Santos, seorang geolog melalui penelitiannya selama 20 tahun berkesimpulan bahwa Atlantis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kepulauan Indonesia. Memang, kalau ditelusuri dari segi historis dan penggambaran Atlantis versi Plato seperti yang dikemukakan kembali oleh Santos, potensi Indonesia sebagai Atlantis yang selama ini dicari – cari oleh para sejarawan dan geolog seluruh dunia ini sangatlah masuk akal. Hal ini didukung pula oleh Profesor Oppenheimer, geolog Harvard University yang melalui penelitian persebaran DNA dari masa 12.000 tahun yang lalu hingga sekarang menunjukkan bahwa sumber awal peradaban dunia adalah Kepulauan Indonesia.

Implikasinya apa? Ada salah satu Purana Hindu lainnya, yakni Bhavisya Purana,  yang menceritakan kelanjutan sejarah Tripurasura ini yang diceritakan kemudian menjelma menjadi iblis berbentuk manusia bernama Maha Mada. (Muhammad?) dan dia menempati tempat bernama Arvasthan (Arab?). Kutipannya adalah sebagai berikut :

“Shri Suta Gosvami berujar: Setelah mendengar Doa dari Raja, Shiva berkata: O raja Bhoraja, engkau mesti pergi ke tempat yang bernama Mahakakshvara (Mekah?), tanah itu dinamakan Vahika dan sekarang sedang terkontaminasi oleh Mleecah (ras barbar, rendah nilai moralitas). Di negara yang kacau balau itu dharma sudah tidak ada lagi. Ada seorang Iblis bernama Tripura (tripurasur). Yang dulu pernah aku hancurkan  menjadi debu. Ia datang kembali atas perintah Daitya Bali. Ia tidak berasal namun menerima berkat dariku. namanya adalah Mahamada (Muhammad?) dan Kelakuannya seperti iblis. Oleh karena itu “O raja, Kamu tidak seharusnya pergi ke tempat Iblis bersemayam. Dengan berkatKu maka pikiranmu akan kembali jernih” Mendengar ini, maka raja kembali ke negerinya dan Mahamada (Muhammad) bersama yang lainnya sampailah dipinggiran sungai Sindhu. Ia (Mahamada) adalah seorang licik ahli  bermuslihat/khayalan, ia kemudian berkata pada raja dengan sangat menariknya: “O raja besar, tuhan-mu telah menjadi pelayan saya. Lihat saja, setelah Ia makan remah2-ku, Saya akan tunjukan padamu. Sang raja menjadi terkejut ketika melihat ini dihadapan mereka. Kemudian dalam kemarahannya Kalisada menegur: “Hai bajingan, kamu telah ciptakan khayalan untuk membingungkan Raja. Saya akan membunuhmu,...Orang yang rendah"

“Kota itu dikenal sebagai tempat mereka naik haji, sebuah tempat yang dulunya Madina atau bebas dari kemabukan. Pada suatu malam, dalam rupa iblis, Sang Ahli Ilusi dan sihir, Mahamada (muhammad) muncul di hadapan raja Bhojaraja dan berkata : “O raja , agamamu sudah tentu merupakan agama terbaik diantara yang ada. Namun Aku tetap akan mendirikan suatu agama yang mengerikan dan berbau Iblis. Pengikutku mempunyai cirri-ciri yaitu pertama2 mereka disunat, tidak punya 'shikkha', namun berjenggot, keji, senang kegaduhan dan memakan segala. Mereka seharusnya makan binatang apapun tanpa mempersembahannya terlebih dahulu. Ini adalah pendapatku. Mereka melakukan ritual penyucian dengan musala seperti engkau menyucikan segala sesuatunya dengan rumput kusha (Kushala). Karena itu, mereka akan dikenal sebagai kaum musalman. Agama yang terkorupsi. Agama dengan sentuhan Iblis itu merupakan ciptaanku. Setelah mendengar semua Sang raja kembali ke istana nya dan itu hantu ( muhammad ) itu kembali ketempatnya.”

Menurut Bhavishya Purana,
Mahamada (kelahiran kembalinya Iblis Tripurasura) = Dharmadushika (Pendusta bagi  kebenaran)
Agama yang didirikan oleh Mahamada = Paisachyadharma (Agama Iblis)
Mleccha mengandung beberapa pengertian :
1.      Seorang barbar, a non arya (seorang yang tidak berbahasa Sanskrit atau tidak sesuai dengan Hindu atau Institusi arya), secara umum berarti orang asing
2.      Orang buangan, paria, terusir dari masyarakat, seorang yang berkelakuan rendah, bodhayana kemudian
3.      Pemakan daging sapi, dan pembicaraannya berlawanan dengan shastras (tata aturan, istiadat dan prilaku utama) dan yang juga tidak mengenal bentuk pelatihan spritual, dinamakan Mlechha.
4.      seorang pendosa, seorang yang keji, biadab atau ras barbar


Bhavisya Purana ini setidaknya memberikan gambaran yang lebih jelas tentang asal – usul Islam serta nasibnya yang menjadi takdir pada akhir Yuga. Ini menjelaskan mengapa Muhammad sangat brutal ingin membantai peradaban Shiva dimanapun dia temui, persis dengan modus operandinya pada penjelmaan sebelumnya. Kabah dipercaya adalah kuil Shiva Khavaliswaram. Kakek maupu paman Muhammad adalah pemuja Shiva yang taat. Di dalam kuil Kabah sebelum dihancurkan oleh balatentara beringas Muhammad adalah tempat pemujaan dari berbagai jenis keyakinan, dengan Shivalingga Shiva sebagai pusat pemujaannya. Shivalingga inilah yang pada kemudian hari hingga sekarang dikenal dengan nama hajar Aswad (diambil dari kata aswetha = tidak putih).

Dan, apalah nasib iblis Tripurasura untuk kedua kalinya selain menemui takdirnya kembali untuk dihancurkan – kali ini sepenuhnya musnah – di tangan Shiva kembali. Bahkan, di Kitab Vishnu Purana disebutkan bahwa Kalki akan berinkarnasi ke dunia ini untuk menghancurkan mleccha dharma, ajaran – ajaran iblis yang menyimpang seperti ajaran Muhammad ini maupun komunisme, kapitalisme dan rasisme. Mengapa ragu? Pada akhirnya, saat yuga bergerak kembali ke jaman Sathya Yuga, hanya Sanathana Dharma yang menjadi kebenaran tunggal, ajaran abadi yang tidak terkontaminasi oleh fanatisme, semangat permusuhan, rasisme, dan anti – rasionalisme.

Jumat, 13 April 2012

7 MEGA-Keajaiban Dunia Ada di Indonesia

Masa lampau NUSANTARA bukan main kayanya juga telah beradab sejak orang2 masih BIADAB. Diibuktikan oleh informasi dari berbagai sumber kuno.Mari kita lihat beberapa KEPULAUAN di NUSANTARA yang sarat dengan SUMBEDAYA ALAM layaknya ANUGRAH semata karena KASIH SAYANG YANG MAHA KUASA karena tidak ada dan tidak ditemukan di tempat lain d muka bumi.

1. SUMATRA nan ‘PULAU EMAS’

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama- nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga dikenal sebagai
pulau Andalas.Pada masa Dinasti ke-18 Fir’aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir’aun Mesir kuno.

Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan
Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya
kawasan emas di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas.
Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku di timur. Kini kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas.

Sumatera memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau emas kembali.

2. JAWA ‘SANG PULAU PADI’

Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Pulau Padi” dan disebut dalam epik Hindu Ramayana. Epik itu mengatakan “Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan
tambang emas”, sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri Perak” dan pulau-pulau, antara lain pulau “”Iabadiu” yang berarti “Pulau Padi”. Ptolomeus menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawa dwipa) terletak Argyre (kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak.

Di Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit. Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara,
Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau
Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman. Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”

Kini pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan kopinya yang
disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika. Hasil
pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan. Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari hasil pertanian.

3.BALI-NTB-NTT ‘SURGA WISATA’

Ptolemaeus menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah timur India. Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda
Kecil. Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.

Daerah Kepulauan Sunda kecil ini dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini. Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11. Pada tahun 1920
wisatawan dari Eropa mulai datang ke Bali. Bali di Eropa dikenal juga sebagai the Island of God.

Di Tempat lain di Kepulauan Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara Barat dikenal dari hasil ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda Nusa tenggara sudah dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M Nusa Tenggara Barat telah
mengirim kuda-kuda ke Pulau Jawa. Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai tempat pariwisata raja- raja. Raja-raja dari kerajaan Bali membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M di daerah Pulau Lombok untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan.

Daerah Sunda Kecil yang tidak kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena di daerah ini terdapat kayu cendana yang sangat berharga. Cendana adalah tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Cendana dari Nusa Tenggara
Timur telah diperdagangkan sejak awal abad masehi. Sejak awal abad masehi, banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor.

Konon Nabi Sulaiman memakai cendana untuk membuat tiang-tiang dalam bait Sulaiman, dan untuk alat musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari tempat-tempat yang jauh yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kini Kepulauan Sunda kecil ini merupakan tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali merupakan
pulau terindah di dunia. Lombok juga merupakan salah satu tempat terindah di dunia. Sementara itu di Nusa tenggara Timur terdapat Pulau yang dihuni binatang purba satu-satunya di dunia yang masih hidup yaitu komodo. Kepulauan Sunda kecil
merupakan tempat yang misterius dan sangat menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak kekayaan para pelancong dari seluruh dunia jika dikelola secara maksimal.

4. KALIMANTAN ‘LUMBUNG ENERGI DUNIA’


Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Nusa Kencana” adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P’ulo Chung). Borneo adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.

Pada zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu memasuki muara- muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan di Pulau ini.

Di Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama “Quetaire”
begitu pula dengan berita Cina pada abat ke 9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang berarti kerajaan besar. Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis
dengan istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.

Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia memiliki beberapa sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya adalah batubara, minyak, gas dan geothermal. Hutan Kalimantan mengandung gambut yang dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas sebagai pengganti batu bara. Yang luar biasa ternyata
Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.

5. SULAWESI ‘PULAU BESI (LOGAM)’

Orang Arab menyebut Sulawesi dengan nama Sholibis. Orang Belanda menyebut pulau ini dengan nama Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak 30.000 tahun yang lalu terbukti dengan adanya peninggalan purba di Pulau ini. Contohnya lokasi
prasejarah zaman batu Lembah Besoa.Nama Sulawesi konon berasal dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘besi’. Pulau Sulawesi sejak dahulu adalah penghasil bessi (besi), sehingga tidaklah mengherankan Ussu dan sekitar danau Matana mengandung besi dan nikkel. Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu
kerajaan tertua di Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi.

Dalam sejarah Majapahit wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain- lain. Menurut catatan yang ada, sejak abad XIV Luwu telah dikenal sebagai tempat peleburan besi.
Di Pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah berada dipuncak kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke selat Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat sampai ke Kutai dan ke
selatan melalui Sunda Kecil, diluar pulau Bali sampai ke Marege (bagian utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan yang luas meliputi lebih dari 2/3 wilayah
Nusantara.

Selama zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19, Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan rempah-rempah. Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone seperti yang disebutkan dalam sejarah Indonesia timur, telah memainkan peranan penting. Pada abad ke 14 Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia. Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar
di Afrika, suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar dan keberanian luar biasa. Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang mengagumkan, dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada saat
yang sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497 dalam
upaya mencari rempah-rempah, dan menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis Marco Polo.

Sampai saat ini Sulawesi sangat kaya akan bahan tambang meliputi besi, tembaga, emas, perak, nikel, titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang,kaolin dan bahan galian C seperti pasir, batu, krikil dan trass. Jika saja dikelola dengan baik demi kemakmuran rakyat maka menjadi kayalah seluruh orang Sulawesi.

6. MALUKU ‘SUMBER BUMBU DI DUNIA’

Maluku memiliki nama asli “Jazirah al-Mulk” yang artinya kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis,

Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’. Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi.
Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.

Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis
sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas. Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan
tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah
waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada
akhirnya Ia justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.

Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.

7. PAPUA ‘SURGA DUNIA’

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI. Tidore
memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya
Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.

Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria
(Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju. Para pedagang yang dengan susah
payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah
matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.

Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua. Dengan
armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai
Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang
terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua
Indonesia. Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”,dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.

Demikianlah sedikit tulisan mengenai pulau-pulau di Indonesia yang sangat kaya. Dari tulisan tersebut sebenarnya Indonesia sudah dikenal sebagai bumi yang kaya sejak zaman peradaban kuno. Kita tidak tahu peradaban kuno apa yang sebenarnya telah ada di Kepulauan Nusantara ini. Bisa jadi telah ada peradaban kuno dan makmur di Indonesia ini yang tidak tercatat sejarah. Ilmuwan Brazil Prof. Dr. Aryso
Santos, menegaskan teo ri bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis. Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu.

Oppenheimer dalam buku “Eden in the East: the Drowned Continent of Southeast Asia”, mengajukan bahwa Sundaland (Indonesia) adalah Taman Firdaus (Taman Eden). bahwa Taman Firdaus (Eden) itu bukan di Timur Tengah, tetapi justru di Sundaland.
Indonesia memang merupakan lahan yang subur dan indah yang terletak di jalur cincin api (pacific ring of fire), yang ditandai keberadaan lebih dari 500 gunung berapi di Indonesia. Indonesia bisa saja disebut sebagai surga yang dikelilingi cincin api. Tapi terlepas dari benar atau tidaknya kita semua sepakat mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan hasil bumi, laut maupun
budayanya.

Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban Mesir maupun Mesopotamia mulai menulis di atas batu. Peradaban bangsa Indonesia mungkin memang tidak dimulai dengan tradisi tulisan, akan tetapi tradisi lisan telah hidup dan mengakar dalam jiwa masyarakat kuno bangsa kita. Alam Indonesia yang kaya-raya dan
dirawat dengan baik oleh nenek moyang kita juga menjadi salah satu faktor yang membuat kepulauan nusantara menjadi sumber perhatian dunia. Indonesia merupakan negara terletak di khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah
di samping letaknya yang strategis secara geografis. Sumber daya alam tersebut mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Kini mulai banyak ditemukan tambang baru di Indonesia. Orang
Indonesia akan terkejut dengan kekayaan alam apa lagi yang akan muncul dari dalam bumi Indonesia ini.

Bumi yang kaya ini jika dikelola dengan baik akan membuat setiap rakyat Indonesia bisa memperoleh kemakmuran yang luar biasa sehingga bisa jadi suatu saat rakyat Indonesia sudah tidak perlu dikenakan pajak seperti saat ini, dan segala fasilitas bisa dinikmati dengan gratis berkat dari kekayaan alam yang melimpah yang dibagi kepada rakyat secara adil. Yang dibutuhkan Indonesia adalah penguasa baik, adil dan pandai yang amat mencintai rakyat dan menolak segala bentuk kebijakan yang menyulitkan masyarakat. Sudah saatnya Indonesia bangkit menuju kejayaannya. Jika hal itu terlaksana Indonesia bisa menjadi negara paling kaya di dunia.

Kedengarannya ‘BOMBASTIS’ tetapi sebeNar2nya NYATA dan BUKTI Lalu mengapa kita sebagai PEMILIK tidak TAHU MENAHU atau PURA2 TIDAK TAHU akan KEKAYAAN BERLIMPAH RUAH yang telah DIANUGRAHI KEISTIMEWAAN OLEH SANG MAHA KUASA INI !!! Dahulu NENEK MOYANG kita memeliharanya dengan baik dan penuh KASIH SAYANG … tapi sekarang ????????????????? aduhai NUSANTARAKU …

atlantissunda.wordpress.com/2010/10/25/kecanggihan-peradaban-leluhur-nusantara-sejak-jaman-baheula-tiada-banding-deh/

Selasa, 03 April 2012

Menulis Ulang Sejarah Nusantara


Judul Buku: Peradaban Atlantis Nusantara
Penulis: Ahmad Y. S., Oman Abdurrahman et. all
Penerbit: UFUK
Cetakan: I, Juli 2011
Tebal: 540 Halaman


Nampaknya, buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Indonesia/Nusantara memang harus ditulis ulang dengan cara dan pendekatan yang sama sekali berbeda. Selama ini, dipercaya bahwa sejarah Indonesia dimulai dari abad ke-5 Masehi, saat ditemukannya beberapa prasasti di Kutai dan Bogor yang bertarikh di masa itu.

Sebuah identifikasi yang mengabarkan jatidiri manusia Nusantara hanyalah pewaris dari kerajaan-kerajaan konsentris (pedalaman) berbasis agama Hindu dan Buddha. Hasilnya, kita kemudian menerima secarataken for granted dan melegitimasi realitas
kekinian kita yang hanya merupakan kelanjutan – dengan pembaruan di tingkat superfisial- dari adab dan budaya kerajaan pedalaman tersebut.

Maka, keberadaan buku Peradaban Atlantis Nusantara ini, menjadi penting mengingat posisinya yang menjadi semacam pembongkaran terhadap konstruksi sejarah yang diciptakan tersebut di atas. Di dalamnya, sejarah panjang Nusantara dicoba ditafsirkan ulang dengan melakukan penjelajahan terhadap situs-situs yang
diyakini mampu menjadi bukti pendukung atas eksistensi peradaban manusia Nusantara yang lebih panjang dalam sejarah yang ditulis dan diajarkan di sekolah-sekolah selama ini.

Adalah Plato, filsuf besar Yunani yang pertama kali menginformasikan keberadaan Atlantis dalam karyanya; Timeaus and Critias sekitar 2400 tahun yang lalu. Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules” dan memiliki angkatan laut yang telah menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9000 tahun sebelum zamannya Solon, atau sekitar 9500 Sebelum Masehi. Atlantis tenggelam “hanya
dalam waktu satu hari satu malam” setelah gagal menyerang Yunani. (Halaman 3)

Deskripsi Plato ini kemudian menginspirasi para pemikir sejak zaman Renaissance, sebut misalnya Francis Bacon yang menulis “New Atlantis”. Selain itu,Atlantis juga banyak mempengaruhi literatur modern,dari fiksi ilmiah hingga ke buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju. Hingga saat ini,diperkirakan lebih dari 5000 buku ditulis tentang Atlantis. Sebagian mempercayai keberadaannya,kebanyakan hanya menganggap sebagai lelucon
semata.

Namun, perhatian terhadap keberadaan Atlantis kembali mengemuka seiring dengan terbitnya buku Eden in The East tahun 1999 karya Stephen Oppenheimer. Menurut pakar genetika lulusan Oxford University London ini, paparan Sunda (Sundaland)merupakan cikal bakal peradaban kuno atau biasa diistilahkan Taman Eden. Istilah ini berasal dari bahasa Ibrani Gan Eden, atau Firdaus dalam bahasa Indonesia, yang diserap dari bahasa Persia Pairidaeza yang artinya Taman. (Halaman 132)

Kesimpulannya didasarkan pada mutasi genetis yang bertindak sebagai penanda yang menyimpan beberapa bukti terbaik mengenai migrasi manusia Indo-Pasifik yang mengikuti banjir besar pada akhir zaman es terakhir. Bukti-bukti semacam inilah yang pertamakali mendorongnya untuk secara serius meneliti kemungkinan adanya “budaya perintis peradaban dunia” atau yang dipopulerkan Plato dengan Atlantis, di
Asia Tenggara.

Munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para imigran dari Asia Tenggara ini, yang disebabkan banjir besar melanda kawasan tersebut dan menenggelamkan sebagian wilayahnya, hingga yang
tersisa adalah pulau-pulau yang terpisah, antara lain; Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatra. Landasan argumen Oppenheimer ini berdasarkan pada kajian etnografi, arkeologi, osenografi, mitologi, analisis DNA, dan linguistik.

Enam tahun kemudian, Arysio Nunes des Santos dalam bukunya yang berjudul Atlantis, The Lost Continent Has Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization(2005), seolah mengamini apa yang dicetuskan Oppenheimer dengan
menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan bekas benua Atlantis yang hilang 11.600 tahun yang lalu,tepatnya bernama benua Sunda (Sundaland) atau Nusantara.

Santos, bahkan secara meyakinkan menunjukkan 19 bukti sahih persamaan ciri-ciri Atlantis yang disebutkan Plato dengan Nusantara; Terletak di Samudra Atlantik,
adanya pelabuhan laut, navigasi maritim, kanal dan saluran irigasi, ukuran benua dan geometri suci,gunung suci dan gunung berapi, iklim tropis dan dua panen tanaman setahun, penduduk yang besar jumlahnya, geometri suci ibu kota Atlantis, terletak di
luar Pilar Herkules, laut yang tak dapat dilayari dan laut Sargasso, benua yang tenggelam, konstruksi megalitik,kuda dan kereta perang, gajah di Atlantis, bukti-bukti bencana alam, perdagangan komersial melintasi samudra, kekayaan mineral logam, keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi, sawah dan ladang berundak di gunung, dan golongan darah “O”.

Teori yang dikemukakan Oppenheimer dan Santos semakin terbukti validitasnya seiring ditemukannya beberapa situs yang diyakini berhubungan dengan Atlantis. Dari sekian banyak, yang paling menarik saat ini adalah ditemukannya struktur batuan piramida di
balik bukit Lalakon di kecamatan Soreang, kabupaten Bandung oleh tim ekspedisi dari Yayasan Turangga Seta ditemani beberapa ilmuan dari LIPI dan BPPT untuk melakukan uji Geolistrik. Selain itu, tim ini juga menemukan struktur piramida yang tertimbun di bukit Sadahurip, Garut. Hasilnya, mereka menemukan adanya struktur batuan yang membrojong struktur piramida, tersusun rapih dengan kemiringan 30 derajat setelah menggali tanah dengan kedalaman 1-4 meter. (Halaman 485)

Bunga rampai setebal lima ratus empat puluh halaman ini, ditulis oleh orang Indonesia yang gelisah dengan sejarah panjang bangsanya. Pembahasan di dalamnya,
coba dikaitkan dengan beberapa teks yang termuat dalam Kitab Suci. Sehingga siapa pun yang membacanya dapat mengambil manfaat besar dari berbagai sudut pandang.

Selamat membaca !

Lihat juga di http://novalmaliki.blogspot.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...