Agus Sudewa
Acap kali pernyataan ini terlontar dari non-Hindu yang antipati terhadap Weda. Mereka selalu berusaha mencari celah kelemahan pada Weda dan bila mereka tidak menemukan kelemahan itu, maka mereka akan memutar balikkan fakta. Apa tujuannya? Sudah jelas untuk mengkonversi. Mengapa harus mengkonversi? Supaya dapat pahala, karena semakin banyak dapat merekrut anggota, maka konon sorga jaminannya.
Tapi tak jarang akibatnya bagi orang yang berusaha mencari kelemahan Weda tersebut pada akhirnya jatuh cinta kepada Weda. Mengapa umat Hindu menjadi incaran mereka? Karena mereka tahu bahwa masih banyak umat Hindu yang tidak berpengetahuan luas tentang agamanya sendiri, kebanyakan dari mereka bahkan tidak pernah membaca Weda. Jadi umat Hindu yang demikian gampang untuk di buat bingung dan dibikin bimbang, sebab orang-orang yang berusaha mengkonversi itu telah berbekal sedikit pengetahuan tentang Weda.
Mereka pasti akan berpikir ribuan kali sebelum berusaha berdebat tentang Weda yang bertujuan mengkonversi tokoh-tokoh seperti Bapak Prof. Made Titib, Dr. I Gusti Sudiana, N. Putrawan (Raditya), Bapak Suratnaya, Bapak Made Madrasuta (Media Hindu), dan masih banyak cendikiawan Hindu lainnya. Sebenarnya dengan mengkonversi mereka berdasarkan pengetahuan Weda yang mereka ketahui, dengan menyatakan Weda itu tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, maka tentunya cukup satu tokoh saja dikonversi, maka sekali tepuk mereka bisa merekrut banyak umat Hindu, bahkan termasuk saya. Andai usaha mereka itu berhasil.
Tapi, mengapa mereka tidak berani adu pemikiran dengan orang yang telah mendalami ajaran Weda dengan cukup sempurna? Jawabannya adalah karena Weda tidak ada kelemahannya sampai detik ini dalam ilmu pengetahuan. Contoh, Dalam pengetahuan bahasa di mana bahasa Sanskerta adalah ibu segala bahasa ini sudah diakui (mereka yang belajar sastra/bahasa tahu akan hal ini), dalam ilmu Astronomi, Matematika, Pengobatan, dan lain-lain.
Dalam matematika, Veda mengenal bilangan nol. Sistem ini revolusioner, sebab dalam hal ini Weda mengenal angka nol dan notasi posisional. Hal tersebut dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan matematika.
Lihat lagi ke belakang, bagaimana Vivekananda membuka mata dunia akan Hindu, bagaimana mati kutunya orang-orang yang sebelumnya menganggap Weda itu bukan apa-apa saat adu debat dengan seorang Vivekananda. Karena susahnya mendapatkan seorang benar-benar cendikiawan Hindu untuk dikonversi, maka cara satu-satunya bagi mereka adalah dengan membuat suatu propaganda. Contoh: Ida Bagus Erit Budi Firnarno, SAG, kelahiran Tabanan yang ternyata tak jelas dan bukan orang kelahiran Hindu.
Saya meskipun tidak begitu pandai dalam pengetahuan Weda tapi saya gemar membaca dan suka mencari tahu. Sri Krisna sangat menyukai orang yang suka mencari tahu, karena dengan mencari tahu kita menemukan kebenaran. Saya yakin apabila kita bisa mempertahankan kebiasaan membaca dan mencari tahu, maka niscaya pengetahuan Weda bisa kita dapatkan sepenuhnya.
Keajaiban Purana Tentang Alam Semesta
Weda dan Purana, yang diturunkan untuk kedua kalinya 6 000 tahun yang lalu dan telah berlalu berabad-abad lamanya. Fakta-fakta kebenaran mengenai Weda telah dibuktikan dan diakui oleh para ilmuan di masa ini. Ini membuktikan bahwa Weda dan Purana tersebut adalah wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Maha Rsi/bangsa Arya yang kemudian dicatat (Weda dan Purana adalah wahyu Tuhan yang tertulis).
Hal ini adalah di luar pemikiran orang kebanyakan bahkan sebelum Abraham atau bahkan sebelum Adam dan Hawa berjalan di Bumi telah diketahui fakta-fakta kebenaran mengenai pengetahuan alam semesta dalam Weda dan Purana. Ini telah melalui rangkaian pembuktian dan pengujian dengan peralatan yang lebih maju dan metode ilmiah yang canggih yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari berbagai bangsa dan agama.
Teks asli dalam bahasa Sanskerta menyulitkan penulis untuk mengangkat masalah ini akan tetapi dengan adanya terjemahan dalam bahasa Inggris, maka semuanya menjadi mudah dipahami oleh berbagai bangsa. Terjemahan Weda dalam bahasa Inggris ada banyak dan hal ini wajar, karena Inggris sempat menjajah India beberapa abad lamanya. Meskipun tak sedikit kitab dan kuil Hindu telah dihancurkan pada era sebelum penjajahan Inggris, yaitu pada masa dinasti Mughal yang berkuasa berabad-abad di India bahkan ada beberapa kitab yang ditulis ulang berdasarkan propaganda dari penguasa Mughal untuk mengkonversi rakyat India yang masih Hindu. Akan tetapi atas kehendak dan cinta kasih dari Tuhan ilmu pengetahuan Weda masih bisa terwarisi kepada kita.
Kebulatan Bumi
Keberadaan konsep yang maju seperti bentuk Bumi yang bulat dan penyebab musim cukup jelas dalam literatur Weda. Sebagai contoh: Terjemahan dalam bahasa Inggris: “The Sun does never set nor rise. When people think the Sun is setting it is not so. For after having arrived at the end of the day it makes itself produce two opposite effects, making night to what is below and day to what is on the other side. Having reached the end of the night, it makes itself produce two opposite effects, making day to what is below and night to what is on the other side. In fact, the Sun never sets.” Brahmana Aitareya (3.44).
Shape of Earth is like an Oblate Spheroid. (Rig VedaXXX. IV. V)
‘Earth is flattened at the poles’ (Markandeya Purana 54.12)
Indonesia: “Matahari tidak pernah tenggelam ataupun terbit. Ketika orang berpikir Matahari tenggelam tapi tidaklah demikian. Setelah tiba di penghujung hari, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek yang berlawanan, menghasilkan malam hari untuk apa yang di belahan bawah dan siang hari di belahan lainnya. Setelah sampai di penghujung malam, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek yang berlawanan, menghasilkan siang hari di belahan bawah dan malam hari di belahan lainnya. Pada kenyataannya, Matahari tidak pernah tenggelam.” Brahmana Aitareya (3.44)
Bentuk Bumi adalah seperti oblate spheroid (bulat pepat). (Rig VedaXXX. IV. V)
'Bumi diratakan/dimampatkan di kutub' (Markandeya Purana 54,12)
"Sixty-four centuries before Isaac Newton, the Hindu Rig-Veda asserted that gravitation held the universe together. The Sanskrit speaking Aryans subscribed to the idea of a spherical earth in an era when the Greeks believed in a flat one. The Indians of the fifth century A.D. calculated the age of the earth as 4.3 billion years; scientists in 19th century England were convinced it was 100 million years."
"Enam puluh empat abad sebelum Isaac Newton, Hindu Rig-Veda menegaskan bahwa gravitasi mengikat alam semesta bersama-sama. Bangsa Arya yang berbicara bahasa Sansekerta mewariskan/memberikan gagasan bola bumi di dalam era ketika orang Yunani percaya bawasannya bumi itu datar. Orang-orang India dari abad kelima Masehi menghitung umur bumi sebagai 4,3 miliar tahun, para ilmuwan di Inggris abad ke-19 yakin bahwa umur bumi adalah 100 juta tahun ".
Siang dan Malam di Kutub
“For the period when the sun is north it is visible for six months at the north pole and invisible at the south, and vice versa.” - (Ibid Sutara)
"Untuk periode ketika matahari di utara, dia terlihat selama enam bulan di kutub utara dan tidak terlihat di selatan, dan begitu pula sebaliknya." - (Ibid Sutara)
Bintang-bintang tak lain adalah matahari
"There are suns in all directions, the night sky being full of them." (Rig Veda)
“Terdapat matahari-matahari di segala arah, langit malam dipenuhi olehnya.” (Rig Veda)
"Seven horses draw the chariot of Surya (Sun)". (Rig Veda )
Further it states, these seven horses are the seven colors compromising light. (Rig Veda)
“Tujuh kuda menarik kereta Surya (Matahari).” (Rig Veda)
Lebih jauh disebutkan bahwa tujuh kuda ini adalah tujuh warna yang membentuk cahaya. (Rig Veda)
Planet-planet
“There are planets in all directions, but only visible in night sky” (Rig Veda)
“Terdapat planet-planet di segala arah, tetapi hanya terlihat di langit malam” (Rig Veda)
Mengenai warna biru langit
“Blue Sky is nothing but scattered sunlight” (Markandeya Purana 78.8)
“Biru langit hanyalah sinar matahari yang tersebar” (Markandeya Purana 78.8)
Alam Semesta
"Then he began creation with Plasma, which created smoke. From that smoke the entire universe came into existence. Then the universe began to expand by the Will of Brahma and it will go on to do the same in future. He then made 'Heavens and Earth' from the Golden part of egg". (Brahama Puran)
"Lalu ia mulai penciptaan dengan Plasma, yang menciptakan asap. Dari asap tersebut terbentuklah seluruh alam semesta. Kemudian alam semesta mulai meluas/membesar oleh kehendak Brahma dan akan dilakukan hal yang sama di masa depan. Ia kemudian membuat 'Surga dan Bumi 'dari bagian keemasan telur".
Ilmu Kosmologi modern; observasi/penelitian dan teoritikal, sangat jelas menyatakan bahwa di suatu masa, seluruh alam semesta bukanlah apa-apa, tetapi hanya awan asap. Lalu kemudian bintang-bintang terbentuk darinya.
“Nothing in Brahmand is immovable” (Sam Veda)
“Tidak ada dalam Brahmanda yang tidak bergerak”
"Nothing is static in this world neither living or non living". (Brahmand Puran)
“Tidak ada yang statis dalam dunia ini baik yang hidup maupun tidak”
"Earth is divided in many plates as much as 14 of them in present Manavatara." (Brahmand Purana)
“Bumi dibagi dalam banyak lempengan, 14 di antaranya di Manavatara ini”
Narayan: Before creation, it was only the Brahma that was everywhere. There was no day, night or sky. First I created the waters. And in the waters I sowed the seeds of brahmanda. The great egg. From this seed there developed an egg which began to float on the waters. This egg is known as Brahamand (Universe).
Narayan: Sebelum penciptaan, hanya ada Brahma di mana-mana. Tidak ada siang, malam ataupun langit. Pertama Aku ciptakan air. Dan di perairan Aku menaburkan benih brahmanda. Telur yang maha besar. Dari benih ini berkembang sebuah telur yang mulai mengapung di perairan. Telur ini dikenal sebagai Brahamanda (Alam Semesta).
“Finally we came to conclusion that Universe is shaped like an egg but this information was already present in Hindu Literature.”
(Alan Kogut, NASA)
“Akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta ini menyerupai sebutir telur akan tetapi informasi ini telah terdapat pada literature Hindu.”
(Alan Kogut, NASA)
PELINDUNG BUMI
“After the formation of the earth planet, Brahama created atmosphere in group of seven, from that formation oceans began to exist, and the first form of life appeared on the earth planet. Atmosphere was created as protective skin of earth” (Shrimad Bhagwatam)
“The atmosphere surrounds the earth to the hight of 60 miles, and clouds, lightning and the like are all phenomena connected with it.” ( Ibid)
"Setelah pembentukan planet bumi, Brahama menciptakan atmosphere dalam tujuh kelompok, dari formasi tersebut lautan menjadi ada, dan bentuk kehidupan pertama muncul di planet Bumi. Atmosphere diciptkan untuk melindungi kulit Bumi” (Shrimad Bhagwatam)
"Atmosphere mengelilingi bumi setinggi 60 mil, dan awan, petir dan sejenisnya adalah semua fenomena yang berhubungan dengannya." (Ibid)
Bahkan dalam Visnu Purana dijelaskan sangat mendetail mengenai proses/penyebab terjadinya pasang surut air laut. Di mana di dalam Visnu purana juga dijelaskan air laut selalu tetap, tidak pernah bertambah ataupun berkurang. Tapi ibarat air yang dipanaskan di kuali dia bisa membesar masanya.
Dalam Brahma Purana dijelaskan bagaimana terjadinya bulan atau satelit-satelit yang mengitari planet-planet termasuk bumi "In the initial stage of creation of Universe some creation material slipped from the hands of Brahma and collided with earth resulting in the formation of Moon". (Brahmand Purana) terjemahan "Pada tahap awal penciptaan alam semesta beberapa bahan pembuatan tergelincir dari tangan Brahma dan bertabrakan dengan bumi yang mengakibatkan pembentukan Bulan" ini sesuai dengan teori modern dimana pada masa pembentukan bumi yang terjadi 4.5 Miliar tahun, ketika bumi masih berupa gas panas dan membesar ia melepas objek/debris berupa batu yang kemudian akibat gesekan objek itu mengorbit bumi.
Kata orang tertentu, Weda tidak masuk akal. Pada dasarnya memang tidak masuk akal bagi kita di masa ini. Tidak habis pikir bagaimana peradaban di masa lampau yang menghasilkan Weda tersebut dapat memiliki pengetahuan yang di mana baru bisa diketahui di masa modern ini? Ilmuan ahli saja terperangah apalagi bagi kita yang awam ini. Sudah tentu bagi orang awam hal ini tidak masuk akal tapi bagi ilmuan ahli ini adalah hal yang mengagumkan.
Komentar Ilmuan Modern
“Hinduism is the only religion in which the time scales correspond, to those of modern scientific cosmology. The Hindu literature is work of a Genius.” (Dr. Steinn Sigurdsson, Pennsylvania State University)
“Hindu adalah satu-satunya agama di mana skala waktu sesuai bagi kosmologi ilmiah modern. Literatur Hindu adalah hasil pekerjaan Genius "(Dr Steinn Sigurdsson, Pennsylvania State University).”
“It looks like that the writers of Vedas and Puran came from the future to deliver knowledge. The works of the Ancient Arya Sages is mind blowing. There is no doubt that Purans and Vedas are word of God.” (Scott Sandford , Space Scientist, NASA)
"Tampaknya bahwa para penulis Veda dan Puran datang dari masa depan untuk memberikan pengetahuan. Karya-karya orang bijak Arya Kuno adalah pemikiran yang luar biasa. Tidak ada keraguan bahwa Purans dan Veda adalah firman Tuhan "(Scott Sandford, Ilmuwan Antariksa, NASA).
“How could Hindus (Aryas) have possibly known all this 6,000 years ago, when scientists have only recently discovered this using advanced equipment which did not exist at that time? Such concepts were found only recently.”
(Dr. Kevin Hurley of the University of California at Berkeley)
“Bagaimana mungkin orang-orang Hindu bisa mengetahui ini semua pada 6.000 tahun yang lalu, dimana para ilmuwan hanya menemukannya baru-baru ini menggunakan peralatan canggih yang tidak ada pada waktu itu? Konsep-konsep tersebut hanya ditemukan baru-baru ini” (Dr. Kevin Hurley of the University of California at Berkeley)
“Finally we came to conclusion that Universe is shaped like an egg but this information was already present in Hindu Literature.”
(Alan Kogut, NASA)
“Akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta ini menyerupai sebutir telur akan tetapi informasi ini telah terdapat pada literature Hindu.”
Bolehlah bila masih ada yang menyangsikan kebenaran Weda dalam ilmu pengetahuan, akan tetapi para ilmuan telah mengakui sumbangsih dan pengetahuan Weda dalam ilmu pengetahuan modern. Oleh karena kemajuan jaman, kebebasan dalam penelitian dan informasi telah terkuaklah berbagai tabir yang dulu dipendam contoh ilmu hitung dan bilangan ternyata berasal dari India, dan lain-lain.
Jadi beruntunglah kita dilahirkan dalam jalan dharma, sehingga kita memiliki pemikiran yang luas akan segala hal dan tidak terkekang oleh segala sesuatu serta tidak memiliki perasaan membenci yang ditanamkan. Sebagai umat Hindu kita wajib menjunjung tinggi Tri Hita Karana. Kita semua di Bali masih punya PR besar di dalam hubungan Manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya. Nilai rapor kita di dua dari tiga butir Tri Hita Karana masih merah. Malulah bila kita harus menghancurkan lingkungan, hutan dan perairan serta habitat didalamnya demi kesenangan dan keuntungan kita belaka, dan malulah bila kita harus menyakiti sesama apa pun bentuknya.
Diposkan oleh Majalah Hindu Raditya
Majalah Hindu Raditya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar