Tampilkan postingan dengan label Bhagavadgitha. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bhagavadgitha. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 April 2012

Bhavisya Purana dan Ramalan Veda tentang Muhammad


Artikel di bawah ini berasal dari sumber-sumber Hindu, saya hanya menerjemahkan, silakan Anda sendiri yang mengambil kesimpulan.


According to some Hindu and Ahmadiyya scholars, the ancient Hindu text Bhavishya Purana (attributed to Vyasa) predicted the coming of Mohammad and Islam hundreds of years ago.

Terjemahan:
Menurut beberapa ahli Hindu dan Ahmadiyah, teks kuno Bhavishya Purana (yang menurut
tradisi dibuat oleh Maha Rsi Vyasa) memprediksikan kedatangan Muhammad dan Islam ratusan tahun yang lalu."

http://en.wikipedia.org/wiki/Tripurasura

Berikut Ini Purana Hindu yang meramalkan Muhammad. Untuk melihat bahasa Sansekertanya silakan lihat di sini: http://bhavishyapuran.blogspot.com/2007 ... on-of.html


According to Bhavishya purana, Mahamada (Incarnation of Tripurasura the demon) = Dharmadushika (Polluter of righteousness)
Religion founded by Mahamada = Paisachyadharama (demoniac religion)

Terjemahan:

Menurut Bhavishya purana Mahamada (Reinkarnasi Iblis Tripurasura) = Dharmadushika (Sang perusak moral)Agama yang didirikan oleh Mahamada = Paisachyadharama (agama dengan sentuhan iblis)

Bhavishya Purana (futuristic mythology) (Circa 3000 B.C) - http://www.indiadivine.org/hinduism/art ... n-of- Islam [From the third part of the Pratisarga Parva.]

Terjemahan:

[Dari bagian ketiga Pratisarga Parva.]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Shri Suta Gosvami said: In the dynasty of king Shalivahana, there were ten kings who went to the heavenly planets after ruling for over 500 years. Then gradually the morality declined on the earth. At that time Bhojaraja was the tenth of the kings on the earth. When he saw that the moral law of conduct was declining he went to conquer all the directions of his country with ten-thousand soldiers commanded by
Kalidasa. He crossed the river Sindhu and conquered over the gandharas, mlecchas, shakas, kasmiris, naravas and sathas. He punished them and collected a large ammount of wealth. Then the king went along with Mahamada (Muhammad), the preceptor of mleccha-dharma, and his followers to the great god, Lord Shiva, situated in the desert. He bathed Lord Shiva with Ganges water and worshipped him in his mind with pancagavya (milk, ghee, yoghurt, cow dung, and cow urine) and sandalwood paste, etc.
After he offered some prayers and pleased him.

Terjemahan:

Shri Suta Gosvami berujar: Pada dinasti raja Shalivahana, terdapat sepuluh raja yang pergi ke surga setelah berkuasa lebih dari 500 tahun. Kemudian secara perlahan-lahan terjadilah kemerosotan moral di bumi. Saat itu adalah masa pemerintahan raja Bhojaraja yang merupakan raja kesepuluh. Ketika ia melihat
hukum moral dan tingkah laku semakin merosot, ia memerintahkan Kalidasa dengan
membawa 10.000 tentara menaklukan seluruh penjuru wilayah di luar negerinya. Ia
menyeberang sungai Sindhu dan menaklukkan gandhara, mleccha, shaka, kasmiri, narava dan satha. Ia menghukum mereka dan mengumpulkan sejumlah besar kekayaan.
Kemudian raja bersama dengan Mahamada (Muhammad), seorang pemberi ajaran
mleccha-dharma dan para pengikutnya pergi kepada dewa yang maha tinggi, Dewa Shiva,
yang bertempat di padang pasir. Ia mempermandikan Dewa Shiva dengan air suci
Ganga dan memujanya dalam pikirannya dengan persembahan pancagavya (susu,
ketimun, yoghurt, kotoran sapi, dan urine sapi) dan ramuan kayu cendana, dll. Hal itu dilakukan setelah ia memanjatkan doa dan menyenangkannya.
***
Suta Goswami said: After hearing the king's prayers, Lord Shiva said: O king Bhojaraja, you should go to the place called Mahakakshvara, that land is called
Vahika and now is being contaminated by the mlecchas. In that terrible country there no longer exists dharma. There was a mystic demon named Tripura (Tripurasura), whom I have already burnt to ashes, he has come again by the order of Bali. He has no origin but he achieved a benediction from me. His name is Mahamada (Muhammad) and his deeds are like that of a ghost. Therefore, O king, you should not go to this land of the evil ghost. By my mercy your intelligence will be purified. Hearing this the king came back to his country and Mahamada (Muhammad) came with them to the bank of the river Sindhu. He was expert in expanding illusion, so he said to the king very pleasingly: O great king, your god has
become my servant. Just see, as he eats my remnants, so I will show you. The king became surprised when he saw this just before them. Then in anger Kalidasa
rebuked Mahamada (Muhammad) "O rascal, you have created an illusion to bewilder the king, I will kill you, you are the lowest..."

Terjemahan:

Suta Gosvami berujar: Setelah mendengar Doa dari raja, Dewa Shiva berkata: Oh raja Bhojaraja, kau harus pergi ke tempat yang dinamakan Mahakakshvara (Mekkah?), negeri itu dinamakan Vahika dan sekarang tercemar dengan para mleccha. Di negeri yang sangat rusak itu tidak ada lagi dharma. Dulu pernah ada iblis yang bernama Tripura (Tripurasura), dimana Aku pernah memusnahkannya menjadi debu, namun ia kembali lagi atas perintah Bali. Ia tidak berasal dari manapun namun ia mendapatkan berkat dariKu. Namanya adalah Mahamada (Muhammad) dan perbuatannya adalah serupa iblis. Oleh karena itu, Oh raja, Kau memang tidak seharusnya pergi ke tempat di mana iblis bersemayam. Dan dengan berkatKu maka pikiranmu akan dimurnikan kembali. Mendengar ini, maka raja kembali ke negerinya dan Mahamada (Muhammad) mengikuti mereka sampai di pinggiran sungai Sindhu. Ia (Mahamada) adalah seorang ahli dalam mengembangkan Ilusi/khayalan, sehingga ia berkata pada raja dengan sangat senangnya: Oh raja besar, tuhanmu telah menjadi pelayan saya. Lihatlah nanti, setelah ia memakan remah-remahku, saya akan membuktikannya kepadamu. Sang raja menjadi terkejut ketika melihat hal tersebut. Kemudian dalam kemarahannya Kalidasa menegur: "Oh penipu, kau telah menciptakan khayalan untuk membingungkan raja. Aku akan membunuhmu, kau adalah manusia paling rendah..."

***
That city is known as their site of pilgrimage, a place which was Madina or free from intoxication. Having a form of a ghost (Bhuta), the expert illusionist
Mahamada (Muhammad) appeared at night in front of king Bhojaraja and said: O king, your religion is of course known as the best religion among all. Still I am going to establish a terrible and demoniac religion by the order of the Lord. The symptoms of my followers will be that they first of all will cut their genitals, have no shikha, but having beard, be wicked, make noise loudly and eat everything. They should eat animals without performing any rituals. This is my opinion.They will perform purificatory act with the musala or a pestle as you purify your things with kusha. Therefore, they will be known as musalman, the corrupters of religion. Thus the demoniac religion will be founded by me. After having heard all this the king came back to his palace and that ghost (Muhammad) went back to his place.

Terjemahan:

Kota itu dikenal sebagai tempat ritual khusus ibadah (haji?) mereka, sebuah tempat yang mana dahulunya adalah Madina atau bebas dari kemabukan. Dalam wujud setan (Bhuta), sang ahli ilusi, Mahamada (Muhammad) muncul pada suatu malam di hadapan raja Bhojaraja dan berkata: Oh raja, agamamu sudah tentu merupakan agama terbaik diantara yang ada. Namun tetap saja aku akan mendirikan suatu agama yang mengerikan dan memiliki sentuhan Iblis seperti yang dikatakan Tuhan. Nantinya, pengikutku mempunyai ciri-ciri yaitu pertama-tama mereka disunat, tidak memiliki shikkha, namun berjanggut, jahat, membuat kegaduhan dengan nyaringnya dan memakan segala. Mereka seharusnya makan binatang apapun tanpa melakukan persembahan. Ini adalah pendapatku. Mereka melakukan ritual penyucian dengan musala atau alu dalam bentuk seperti engkau menyucikan segala sesuatunya dengan kusha. Karena itu, mereka akan dikenal sebagai kaum musalman (muslim), kaum perusak agama. Demikian agama dengan sentuhan Iblis itu diciptakan olehku. Setelah mendengar semua sang raja kembali ke istananya dan setan tersebut (Muhammad) kembali ke tempatnya.
***

The intelligent king, Bhojaraj established the language of Sanskrit in three varnas - the brahmanas, kshatriyas and vaisyas - and for the shudras he established
prakrita-bhasha, the ordinary language spoken by common men. After ruling his kingdom for 50 years, he went to the heavenly planet. The moral laws established by him were honored even by the demigods. The arya-varta, the pious land is situated
between Vindhyacala and Himacala or the mountains known as Vindhya and Himalaya. The Aryans reside there, but varna-sankaras reside on the lower part of Vindhya. The musalman people were kept on the other side of the river Sindhu. On the island of Barbara, Tusha and many others also the followers of Isamsiha were also situated as they were managed by a king or demigods.

Terjemahan:

Sang raja yang cerdas, Bhojaraj mendirikan bahasa Sansekerta dalam tiga varnas -
brahmana, kshatriya dan vaisya - dan untuk shudra dia mendirikan prakrita-bhasha, bahasa umum untuk pergaulan. Setelah Raja memerintah kerajaannya selama 50 tahun, ia
pergi ke surga. Hukum moral yang didirikan olehnya sangat dihormati bahkan oleh para
manusia yang kemudian menjadi dewa. Arya-varta, tanah yang diberkati ini berada di antara Vindhyacala dan Himacala atau pegunungan yang dikenal sebagai Vindhya dan Himalaya. Kaum Aryan bertempat tinggal di sana, tetapi varna-sankara bertempat tinggal di bagian Vindhya yang lebih rendah. Kaum musalman tetap berada di sisi lain sungai Sindhu. Di pulau Barbara, Tusha dan banyak lainnya merupakan pengikut Isamsiha (Jesus) di mana mereka dipimpin oleh seorang raja atau para manusia yang kemudian menjadi dewa (santo?).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Note This
Lord Shiva said: O king Bhojaraja, you should go to the place called Mahakakshvara, that land is called Vahika and now is being contaminated by the mlecchas. In that terrible country there no longer exists dharma. There was a mystic demon named
Tripura (Tripurasura), whom I have already burnt to ashes, he has come again by the order of Bali. He has no origin but he achieved a benediction from me. His name is Mahamada (Muhammad) and his deeds are like that of a ghost. According to Bhavishya Purana Muhammad was the rebirth of Tripurasura the Demon. Tripurasura was killed by Shiva in his (Tripurasura's) past life.

Terjemahan:

Perhatikan Ini
Dewa Shiva berkata: Oh raja Bhojaraja, kau harus pergi ke tempat yang dinamakan
Mahakakshvara, negeri itu dinamakan Vahika dan sekarang tercemar dengan para mleccha. Di negeri yang sangat rusak itu tidak ada lagi dharma. Dulu pernah ada iblis yang bernama Tripura (Tripurasura), dimana Aku pernah memusnahkannya menjadi debu, namun ia kembali lagi atas perintah Bali. Ia tidak berasal dari manapun namun ia mendapatkan berkat dariKu. Namanya adalah Mahamada (Muhammad) dan perbuatannya adalah serupa iblis.

Menurut Bhasviya purana Muhammad adalah reinkarnasi dari Iblis Tripurasura.
Tripurasura pernah dibunuh oleh Dewa Shiva dikehidupan sebelumnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tambahan:
Mleccha
1 A barbarian,a non Aryan (One not speaking the Sanskrit Language or not conform in to Hindu or Aryan institutions),a foreigner in general
2 An Outcast, a very low man, Bodhayana thus defines the word:
gomAmsakhAdako yastu viruddhaM bahubhAshhate |
sarvAchAravihInashcha mlechchha ityabhidhiiyate |
He who eats cow's meat, and speaks a lot against shastras and he, who is also devoid of all forms of spiritual practice, is called a mlechha.
3 A sinner, A wicked person, A savage or barbarian race

Terjemahan:
1 Orang barbar, non Arya (tidak berbicara bahasa Sansekerta atau tidak mengikuti ajaran Hindu atau Arya), orang asing secara umum
2 orang terbuang, manusia yang sangat rendah, Bodhayana mendefinisikannya dengan:
Dia yang memakan daging sapi, dan berbicara banyak menentang shastra dan juga tidak melakukan segala bentuk latihan spiritual, disebut mlechha
3 Pendosa, manusia jahat, ras yang brutal atau barbar Paisachya Demonical, Infernal

Terjemahan:
Seperti setan, Berkelakuan setan Tripurasura Asura
1 An evil spirit, demon
2 A general name for the enemies of Gods

Terjemahan:
1 Roh jahat, iblis
2 Nama umum untuk musuh-musuh para Dewa

Sumber referensi lainnya: http://www.astrojyoti.com/
bhavishyapurana-3.htm

Selasa, 10 April 2012

Jahilnya Sri Krishna

Memandang lukisan ini, hati berteriak : “ Oh Tuhan, kapan Engkau datang dan menanggalkan penutup material kami juga?”


Krishna tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggoda para gadis tak berdosa di Vrindavana, yang sangat jatuh cinta kepada – Nya, Tuhan Yang Tertinggi. Ini adalah salah satu episode tentang Krishna yang paling terkenal, yang di dalamnya terkandung nilai – nilai spiritual yang tertinggi. Melihat para gopi sedang mandi di sungai suci Yamuna, Krishna diam – diam mengambil pakaian mereka yang diletakkan di tepian sungai, lalu memanjat pohon Kadamba. Para gadis yang “malang” itu memohon kepada Krishna untuk mengembalikan pakaian mereka, namun Dia memaksa masing – masing dari mereka untuk keluar dari sungai, sehingga para gadis itu benar – benar telanjang di hadapan – Nya. Hanya dengan syarat itu Krishna mau mengembalikan pakaian mereka.

Cerita ini mengandung nilai mendalam. Tidak hanya Krishna menjelaskan kepada kita di dalam Srimad Bhagavantam bahwa adalah tak semestinya kita mandi di sungai suci dalam keadaan sepenuhnya telanjang, namun juga di dalam tingkat yang lebih tinggi, setiap gopi mewakili jiwa – jiwa individual (jiva-atman), yang tak menyatu dengan Jiwa Tertinggi (param-atman), kecuali setelah menghapuskan / melepaskan semua atribut material dan sepenuhnya “telanjang” di dalam kesadaran sempurna terhadap Tuhan.

Di sini kita melihat Krishna duduk di pohon dengan tenang, berpegangan dengan tangan kanan-Nya, dan memberi gesture kepada para Gopi dengan tangan kiri-Nya. Pakaian para gopi tergantung di dahan – dahan pohon. Para gopi yang malu, meski jelas terlihat tersenyum, bereaksi dengan cara mereka masing – masing. Beberapa menyembunyikan muka mereka di air, yang berada di dekatnya terlihat ragu, tak mampu memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Para gopi yang berdiri di tepian sungai adalah yang menunjukkan tingkat penyerahan diri yang lebih tinggi, dengan tangan tercakup memaklumkan sharanagati (penyerahan diri total).

Minggu, 08 April 2012

The Gita of Management



”Bhagavad Gita adalah kitab suci bagi seluruh umat manusia. Bahkan bukan sekedar kitab, ia adalah sesuatu yang hidup, dengan pesan baru bagi setiap zaman, dan arti baru bagi setiap peradaban,” tulis Sri Aurobindo, seorang Filsuf dan juga Rohaniawan berkebangsaan India.

Dalam falsafah Jawa ada paribasan: “Rame ing gawe, sepi ing pamrih” (giat dalam berkarya tanpa pamrih). Nilai kearifan lokal (local wisdom)ini selaras dengan pesan universal yang termaktub dalam The Gita of Management.

Menurut Anand Krishna, penulis buku ini,keselarasan tersebut bukanlah suatu kebetulan,karena budaya India dan Indonesia terlahir dari satu rahim yang sama, yaitu peradaban di sekitar Ibu (baca: Sungai) Sindhu yang membentang dari
Gandahar (sekarang Pakistan) sampai Astraley (kini Australia).

Keselarasan tersebut telah berlangsung lama,misalnya, Perdana Menteri India, Pandit
Jawaharlal Nehru tercatat sebagai tamu kenegaraan pertama yang berkunjung ke
Indonesia Merdeka 62 tahun silam. Sejarawan Arab menyebut peradaban Shindu dengan istilah Hindu. Orang Barat menamainya Indies, Hindia, atau Indo.

Hindu sejatinya bukan mengacu pada nama agama tertentu melainkan khasanah kearifan
lokal Nusantara tercinta. Begitulah paparan pembuka dari penulis buku produktif keturunan India yang lahir di Surakarta ini. Buku ini secara struktural terdiri dari tiga bagian. Dua bagian awal mengulas paradigma berfikir yang mepengaruhi tata kehidupan umat manusia dewasa ini. Yakni ajaran Sun Tzu dalam The Art of War serta petuah Shri Krishna kepada Arjuna dalam Bhagavad Gita.

Filsafat dasar ala Sun Tzu mengedepankan tipu muslihat guna mengalahkan musuh. Sun Tzu lahir di negara bagian Qi di daratan Cina pada tahun 481 masehi. Semasa kecil, ia suka menonton arak-arakan pasukan kerajaan yang dipimpin seorang jenderal berbusana militer lengkap dan mewah.

Sun Wu (nama kecilnya) berkata, “Ah kalau sudah besar nanti aku mau jadi jenderal!”. Begitu menginjak usia remaja, obsesi itu kian kuat, hingga terciptalah magnus opus seputar perang: The Art of War.

Saat ini Bhagavad Gita mulai menggeser posisi The Art Of War, termasuk dalam ilmu managemen. Misalnya sehubungan dengan insentif finansial, bagi Sun Tzu, rakus itu baik namun menurut Shri Krishna, rakus itu buruk. Hal tersebut diperlihatkan dalam pesan Maha Guru Ksatria Arjuna di padang Kurusetra, “Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan!” Ajaran luhur Shri Krishna tersebut terbukti
mampu melampaui dualitas baik-buruk. Beliau mengajak manusia mempraksiskan bhakti atau berkarya tanpa pamrih dalam keseharian ziarah hidup. Artinya, berupaya sekuat tenaga sekaligus rileks tanpa terlalu memusingkan hasil akhir. We reap what we sow (kita menuai apa yang kita tanam). Atau dalam fisika modern mekanisme ini
disebut dengan hukum aksi-reaksi.

Pada bagian penutup Anand Krishna melukiskan corak karakter seorang pemimpin sejati versi Bhagavad Gita kontemporer. Istilahnya ialah Trisila Kepemimpinan.

Sane Leadership (Kepemimpinan yang waras sekaligus kewarasan seorang pemimpin),
kepemimpinan yang efektif dan efisien, serta punya semangat persahabatan dengan klien, rekan sejawat, atasan, bawahan, pemerintah, lingkungan dan alam semesta. Bahkan seorang pesaing pun tidak perlu dimusuhi sebab ia bisa menjadi pemicu kreatifitas dan produktifitas. Nilai-nilai keutamaan dalam The Gita (lagu) of
Management tak hanya relevan diterapkan dalam lokus bisnis, melainkan juga dalam hidup sehari- hari. Buku ini ialah panduan untuk meniti ke dalam diri dan menjadi pemimpin sejati. Setidaknya menjadi pemimpin atas diri sendiri. Sehingga eksistensi kita bisa berguna bagi sesama sesuai peran kita di lingkar pengaruh masing- masing.

Seperti yang dikatakan oleh Swami Vivekananda, Pujangga besar India yang banyak mengilhami para founding fathers Republik Indonesia, “Cara untuk menggapai kesempurnaan hidup adalah dengan berkarya tanpa pamrih! ” (hal 156). Nilai
kutamaan itu pulalah yang dijelaskan oleh Shri Krishna.
____________________________________
Peresensi : T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru SMP Fransiskus Bandar Lampung
Judul Buku : The Gita of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : I, April 2007
Tebal : ix + 322 halaman

(www.goodreads.com/user/new?remember=true)

Selasa, 13 Maret 2012

Jembatan Ram Sethu yang Ternyata Fakta

Ternyata sudah banyak peradaban modern sebelum masa kita sekarang. Masa sebelum 4000 SM yang dianggap sebagai masa pra sejarah dengan peradaban Sumeria sebagai peradaban tertua didunia ternyata dianggap salah. Adanya Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis.

Naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana dan dinastinya, Bharatayudha dan kerajaan Hastinapura, bahkan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo yang berhasil ditemukan di Pakistan utara, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan sedikitnya juga telah menunjukkan bahwa memang telah ada peradaban modern di masa ribuan atau bahkan jutaan tahun sebelum era Masehi.

Dinasti Rama

Dinasti Rama diperkirakan berkuasa di bagian Utara India – Pakistan – Tibet hingga Asia Tengah pada tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM. Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya “Seven Rishi City” yang salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Beberapa kemajuan peradaban masa lalu:


1. Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan antara 30.000-15.000 SM.
2. Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir.
3. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
4. Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato.
5. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
6. Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan perang yang menggunakan senjata nuklir.
7. Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.
8.Dalam sebuah sloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
9. Beberapa Sloka dalam kitab Wedha dan Jaina secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari “wahana terbang” yang disebut ‘”Vimana” yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini.
10. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.

Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat pula. Hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif yang kemudian berakhir dengan munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.

Jembatan Tertua di Dunia, Adam Bridge, atau yang kerap dijuluki Rama Bridge (Raam Sethu) merupakan salah satu “Mysterious Places in the World’s” adalah rantai batu kapur buatan (bukan krn peristiwa alam) antara pulau Mannar, didekat Sri Lanka barat laut dan Rameswaram, di pantai tenggara India. Hindu percaya jembatan ini dibangun oleh pasukan kera atas instruksi dari Shri Rama, inkarnasi Wishnu untuk menyelamatkan Sita yang diculik ke Alengka oleh Rahwana, seperti yang ditulis di dalam epos besar Hindu, Ramayana. Banyak inskripsi, koin, panduan pengelana tua, referensi lama, peta religius kuno menandakan struktur ini dianggap suci oleh umat Hindu.

Jembatan purba misterius sepanjang 30 Km yang menghubungkan antara Manand Island (Srilanka) dan Pamban Island (India) ini diperkirakan telah berumur 1.000.000 tahun lebih.

Jembatan yang dinamakan "Vanara Sena" atau pihak NASA menyebutnya sebagai Jembatan Adam menuai berbagai macam perkiraan berkaitan dengan umur dan sejarah jembatan tersebut.

Umat hindu meyakini Jembatan Adam berkaitan erat dengan Epik Ramayana di mana disebutkan jembatan tersebut dibangun oleh Rama dan sekutunya, para manusia kera, yang dibantu para Dewa untuk membantu Rama menjangkau Srilanka guna menyelamatkan istrinya, Shinta, dari raja raksasa, Rahwana.

Sementara Srilanka Archeology Department mengatakan usia Jembatan Adam berkisar 1 hingga 2 juta tahun. Citra dari Rama Brige sendiri sangat mudah terlihat dari atas permukaan air laut karena letaknya yang tidak terlalu dalam,yaitu hanya tergenang sedalam kira-kira 1,2 meter (jika air laut sedang surut). Status dari jembatan tsb masih merupakan misteri hingga saat ini,menurut tafsiran para ahli,diperkirakan mungkin Rama Bridge sangat erat kaitannya dengan Epos terkenal India, Ramayana.
Srilankan Archeology Department telah mengeluarkan suatu statment yang menyebutkan usia Rama Bridge mungkin berkisar diantara 1.000.000 hingga 2.000.000 tahun,namun apakah jembatan ini benar-benar terbentuk secara alami ataukah merupakan suatu mahakarya manusia hal itu belum bisa mereka terangkan.

S.U.Deraniyagala, Direktur Jenderal Arkeologi Srilanka yang juga merupakan pengarang buku “Early Man and the Rise of Civilization in Sri Lanka: the Archaeological Evidence” mengatakan bahwa peradaban manusia telah muncul di Kaki Gunung Himalaya sekitar 2.000.000 tahun silam,walaupun menurut para sejarawan peradaban paling awal didaratan India adalah peradaban bangsa Ca, hal itu bukan merupakan suatu jaminan bahwa terdapat peradaban yang lebih tua lagi dari mereka sebelumnya.

Epos Ramayana,menurut Kalender Hindu seharusnya berada pada masa Tretha Yuga (menurut cakram masa evolusi Hindu/ cakram Hinduism tentang Epos tersebut terbagi pada masa Sathya (1.728.000 tahun), Tredha (1.296.000 tahun), Dwapara (8.64.000 tahun) dan Kali (4.32.000 tahun).

Tahap sekarang menurut kalender mereka ialah Kali.Berarti menurut Epos tersebut, usia dari Rama Bridge berkisar 1.700.000 tahun.

.

Sabtu, 12 Februari 2011

Put Your Soul Here !!!


Filsafat idealisme Plato mengisyaratkan bahwa kita hidup di dalam dua dunia: Pertama, dunia jasmani, yang berubah, jamak, inderawi; Yang kedua, dunia idea yang kekal, sempurna, tiada perubahan, tiada kejamakan,merupakan "ada" yang sebenarnya. Idea tidak dipengaruhi oleh benda jasmani, namun sebaliknya: Idea-idea mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani.

Manusia adalah kombinasi dari kedua dunia ini: tubuh dan jiwa. Jiwa berasal dari dunia idea, dan sekarang terkurung di dalam tubuh. Kenyataan ini sejalan dengan Bhagavadgitha yang menekankan bahwa pada hakekatnya kita semua adalah makhluk rohani yang kekal, identitas tanpa batas, bahagia di Langit Rohani. Konon, karena saking mendalamnya pengetahuan kesadaran yang terkandung di dalam Bhagavadgitha, Albert Einstein nan jenius akhirnya mampu memformulakan Hukum Relativitas – nya yang terkenal: E = m c2. Sederhananya, keseluruhan materi di dalam semesta ini bisa ada karena ada energi laten yang bekerja di belakangya. m ada karena E, begitulah kira – kira.

Di dalam kesehariaan manusia pada zaman yang semakin rapuh ini, kenyataan Kebenaran di atas sering diingkari. Semakin banyak manusia yang lebih bertumpu kepada materi ketimbang Energi – nya. Demi mencapai kekuasaan, melupakan arti persahabatan. Demi meraih kehidupan penuh kelimpahan materi, meninggalkan nurani dan melakukan tindakan tidak terpuji. Perampokan, pembunuhan, perkosaan semakin biasa menjadi tajuk utama di media – media massa, seakan – akan membenarkan bahwa tujuan utama kehidupan manusia di dunia adalah demi pengumpulan materi yang sebanyak – banyaknya. Padahal, Khalil Gibran telah pula menggoreskan aforisma dengan pena emasnya, memaklumkan bahwa harta – benda bukanlah yang utama di dunia ini:

Akal dan pikiran itu seperti raga dan jiwa
Tanpa raga, jiwa hanyalah udara hampa
Tanpa jiwa, raga adalah kerangka tanpa makna.


Ah, betapa pentingnya kedua dunia ini saling mengisi dan seimbang, seumpama Yin dan Yang, teori dan praktek, pemahaman dan aplikasi..... Mungkin, akan tiba saatnya, ketika benar – benar meresapi semuanya ini,akhirnya kita menyadari paling tidak satu hal, bahwa segala yang ada di dalam semesta ini tercipta untuk menemukan “Something Great behind the scene.” (Haanel, The Master Key System )

Sudah saatnya kita menekankan pendekatan jiwa di dalam keseharian kita – saat belajar menempa ilmu, di dalam pergaulan, menyematkan cita – cita di kolong langit, dalam setiap langkah dan nafas kita! Jangan mau menjadi radio yang hanya bisa bersuara, tapi tidak ada tindakan nyata. Jangan pula seperti flashdisk, pintar menyimpan informasi namun tiada mampu memilah makna dan isi. Taruhlah jiwa Anda di dalamnya! Put Your Soul! Biarkan menyusup perlahan di dalam hati dan rasakan betapa daya di dalam diri kita semakin hari semakin kuat hingga yang terasa hanyalah kebahagiaan sejati, bukan kesenangan semu karena materi yang sedari tercipta memang tiada pernah tertakdir untuk abadi.

Jayalah Jiva !!!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...