Senin, 02 April 2012

GAJAH MADA VS ORDE BARU 2

APAKAH GAJAH MADA SIMBOLISASI ORDE BARU?

Bagian III Kemiripan Kisah Gajah Mada dengan

Awal Berdirinya ORBA
Ini sepertinya kisah yang disisipkan, atau kisah
yang terasa mirip, kisah yang menjadi simbol atau
perlambang bagi yang lainya, dan bisa jadi
didasari oleh suatu kepentingan. Cerita sejarah
dimasukan pasti ada motif tertentu, kalau ternyata
itu suatu yang tidak benar dan kisah Gajah Mada
mulai awal berkarier sampai akhirnya menjadi
Maha Patih di Majapahit hanya baru satu sumber
yaitu kitab pararaton yang mengkisahkannya.
Pertanyaannya, atas dasar kepentingan apa cerita
itu dibuat atau semisalnya terjadi penyisipan,
siapa atau pihak mana yang mempunyai
kepentingan atas alur dan nuasa cerita itu,
terlebih maksud dan tujuannya apa? Sekali lagi
pertanyaan ini berlaku kalau memang cerita itu
cerita yang tidak pernah terjadi.

Kitab Pararaton yang ada sekarang dijadikan
referensi sejarah menurut informasi bahwa kitab
itu terakhir dicetak dengan metoda atau tehnik
pres yaitu tahun 1966, walau pun tetap identitas
si pembuat menunjukan tahun saka sekitar abad
ke-16.

Petikannya seperti ini “
“Kitab Pararaton menjadi salah satu sumber utama
sejarah Jawa selama sekitar tiga abad sampai
Majapahit berakhir. Sulit mencari terjemahan
Indonesia. Buku itu sudah menguning. Tipis, tebalnya
hanya 95 halaman. Sampulnya hanya dua warna,
hijau dan hitam.

Bentuk huruf sampul dan depannya jelas
memperlihatkan ini dicetak dengan teknik pres,
bukan stensil yang menjadi standar sekarang.
Halaman berikutnya menunjukkan tahun penerbitan:
1966. Berada di tumpukan buku bekas di kawasan
Shopping Center, Yogyakarta, buku itu segera
menarik perhatian karena judulnya: Pararaton.”
Pada tahun 1966 juga adalah masa terjadinya
pergolakan politik di Indonesia, masa-masa
peralihan, yang ditandai dengan kisah
pemberontakan atau kudeta Partai Komunis
Indonesia (PKI ) dengan peristiwa yang terkenal
dengan sebutan G 30 S /PKI karena awal
terjadinya tanggal 30 September tahun 1965, yang
penumpasannya oleh Letnan Jenderal (Letjen)
Suharto (red, Presiden RI ke-2) dan juga kisah
Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) pada tahun
1966.

Pada waktu itu (1966) Presiden Soekarno
diceritakan diungsikan, karena ada kekuatan
militer yang mengepung istana ketika terjadi
sidang kabinet. Penyelamatan pun segera dengan
evakuasi yang dilakukan dilakukan dari Istana
Merdeka ke Istana Bogor. Tapi kemudian kembali
lagi setelah mendapatkan laporan bahwa kondisi
kemanan sudah dipulihkan, dan diterangkan
bahwa hal tersebut karena terjadi miss
komunikasi antar pasukan.

Setelah itu dengan mandat Supersemarnya, Letjen
Suharto memegang kendali penuh atas operasi
pengamanan dan pemulihan kemanan negara.
Proses berlanjut terus yang akhirnya Letjen
Soeharto menjabat sebagai presiden semetara
mengantikan sementara Presiden Sukarno yang
diangkat oleh MPR Sementara pada tanggal 12
Maret 1967 dan pada tahun 1968 resmi menjadi
presiden menggantikan Presiden Soekarno,
kemudian dilanjut lagi berdasarkan hasil pemilu,
ditetapkanlah oleh MPR pada tahun 1973 menjadi
presiden kembali dan setrusnya.

Kondisi Presiden Soekarno pada tahun kisaran
1965-1968 waktu itu secara politik pengaruhnya
memang sudah sangat melemah. Banyak
ketidakpuasan dari berbagai pihak dan elemen
masyarakat, terlebih dari lawan politiknya.
Sri Jayanagara alias Kalagemet, Kalagemet sendiri
adalah nama lain dari Sri Jayanagara raja
Majapahit setelah Raden Wijaya, menurut kitab
Pararaton. Kalagemet mempunyai arti manusia
yang lemah dalam arti kepemimpinan, sifatnya
yang tidak tegas, banyak terpengaruh oleh orang-
orang disekitarnya. Kitab Pararaton sendiri
menceritakan pula tentang kebiasaan Sri
Jayanagara ini tentang kesukaannya terhadap
lawan jenis secara urakan. Menurut rumor
presiden pertama bangsa nusantara ini juga
mempunyai kebiasaan dan sikap yang hampir
mirip, kebenaran rumor-rumor ini sendiri tidak
bisa dipertanggungjawabkan, bisa jadi ini hanya
lemparan issu dari pihak lain atau lawan
politiknya, dalam komplik politik segalanya bisa
terjadi, walau pun menembus batas-batas diluar
kemanusiaan, sikap yang harus dilakukan untuk
menanggapi issu-issu semacam itu adalah selalu
mengedepankan azas praduga tak bersalah.

Dalam film G 30 S/PKI versi jaman orde baru,
yang selalu ditanyangkan setiap tanggal 30
September, setiap tahun tentunya pada masa itu,
yang sekarang tidak pernah terulang lagi,
terdapat kisah sebelum peristiwa pemberontakan
PKI, Presiden Soekarno menderita sakit sehingga
harus mendatangkan dokter dari negeri Cina.
Sri Jayanagara sebelum terjadi pemberontakan,
dikisahkan dia juga mengalami sakit bisulan (red,
semacam sfillis ) akibat kebiasaanya itu dan kisah
selanjutnya adalah proses pencobaan
pembunuhan oleh seorang tabib bernama Tanca,
dan akhirnya dikisahkan bahwa si tabib dibunuh
oleh Gajah Mada karena ketahuan akan niatnya.
Ra Kuti adalah abdi dalam istana yang
memberontak setelah mempengaruhi sebagian
angkatan pasukan tentara kerajaan Majapahit
lainnya. PKI pun dikisahkan sudah membentuk
angkatan ke 5 dari para petani dan buruh yang
dipersenjatai. Dua-duanya berhasil menguasai ibu
kota negara dengan mempengaruhi angkatan
lainya dalam tubuh pasukan militer.
PKI berhasil membujuk oknum angkatan udara
serta pasukan elit pengawal presiden. Artinya
sama-sama pemberontakan itu berasal dari orang
dalam dari lingkungan istana bahkan dekat
dengan raja kalau kisah pemberontakan Ra Kuti,
dan yang dekat dengan presiden kalau dalam
kisah G 30 S/PKI.

Didalam kitab Negara Kertagama tidak disinggung
sedikitpun kisah pemberontakan Ra Kuti dan Sri
Jayanagara tidak pula mempunyai kisah aneh-
aneh. Biasa saja dalam menjalankan tugas
kerajaannya sebagaimana mestinya.

Gajah Mada diceritakan oleh oleh kitab Negara
Kertagama tiba-tiba muncul menjadi mahapatih di
kerajaan Majapahit, sedang asal usulnya tidak
diketahui. Ketiadaan informasi inilah merupakan
celah lebar untuk menyisipkan cerita didalamnya.
Satu hal bahwa kalau Gajah Mada berasal dari
prajurit menengah, lantas tiba-tiba menjadi
Mahapatih, tentunya harus ada alasan yang
mendasar, karena secara organisasi militer itu
tidak mungkin. Terlalu banyak yang dilompati.
Dasar pembenarannya yaitu dengan tindakan
penyelamatan raja, dalam arti luasnya
penyelamatan kerajaan, supaya diakui oleh
masyarakat kerajaan.

Letjen Soeharto dengan langkah-langkah yang
dilakukan dalam beberapa peristiwa berhasil
secara gemilang, dan dalam tempo singkat
berhasil menjabat sebagai pejabat presiden
sementara, lantas kemudian menjadi presiden
penuh. Tentunya ada beberapa level jenjang
kemiliteran yang dilompati. Tidak ada yang salah
memang, hal itu bisa saja terjadi, tetapi untuk
memberikan kenyamanan dan ketentraman harus
ada suatu efek sentuhan psikologi masyarakat,
ada praduga bahwa dua cerita ini ada kemiripan.

Bagian IV Penutup

Kemiripan alur cerita ini, bisa jadi kebetulan. Kalau
mau dimiripkan juga kelihatannya bisa, artinya
Gajah Mada bisa diumpamakan sebagai
simbolisasi atau perlambang dari pembenaran
dari kisah proses perjalalanan terbentuknya orde
baru, atau juga cerita yang dibuat mirip. Kisah ini
bisa jadi yang satu tergantung yang lain, bisa
cerita yang satu didasari atas yang lain, hubungan
bolak balik.

Tidak ada efek langsung memang atau pun
proses pembenaran untuk sesuatu masalah yang
ditutup-tutupi kalau pun misalnya menjadi
perlambang, tapi ini mungkin hanya sekedar
propaganda untuk cipta kondisi, sehingga
menimbulkan efek psikologis masyarakat, bahwa
memang dalam sejarah sudah ada contoh hal
tersebut. Mungkin bisa jadi atas dasar ada
kepentingan besar yang harus diselamatkan, kalau
pun itu memang terjadi, kesatuan dan persatuan
bangsa itu yang lebih utama. Sehingga desas-
desus proses peralihan yang dicurigai sebagai
pengambilalihan kekuasaan, yang bisa jadi
menimbulkan konflik horizontal, oleh sebagian
kalangan dapat diredakan.
Cerita ini silakan ditafsirkan sendiri oleh pembaca
yang budiman, atau silahkan menjustifikasi
masing-masing tentang kebenaran dari logika
cerita ini dan mudah-mudah cerita ini tidak benar.

Kalau pun benar tidak ada yang patut
dipersalahkan, bisa saja semua berawal dari niat
baik, bisa jadi pihak para pelaku orba juga tidak
paham tentang perubahan cerita itu, bisa jadi ada
pihak ketiga yang mempunyai niat baik untuk
menjaga keutuhan bangsa. Segala kemungkinan
selalu ada dan bisa terjadi termasuk cerita atau
kisah Gajah Mada itu pun tidak bisa dipandang
salah, selama pembuktian sejarah masih belum
ada, sekali lagi selalu kedepankan azas praduga
tak bersalah.
Salam Damai Negeriku, Salam Sejahtera
Nusantaraku.

Penulis

Referensi :
http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://www.inijalanku.com/sipilis-dan-
obatnya.html
menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012_03_01_archive.html?m=1

2 komentar:

  1. Gan, mohon maaf, link Sumber artikel atau alamat link, tolong dihidupin/ dikonek langsung terhadap sumbernya, sebagai tanda rasa saling menghargai karya orang lain ya....thanks

    BalasHapus
  2. thanks sarannya, mas Ejang.. I really appreciate that. :)

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...